APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN UNTUK AYAH DAN IBU….?

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Ayah dan Ibu adalah dua orang manusia yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Apa yang dapat kita berikan kepada Ayah dan Ibu kini, sudahkah pemberian kita kepada orang tua dapat mengimbangi pemberian orang tua dahulu kepada kita ?

Ingatlah berapa beratnya Ibu kita dahulu mengandung kita, Allah Berfirman :

وَوَصَّيْنَاالإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَي وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْلِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيْرُ

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu”. (Surat Luqman ayat 14).

Renungkanlah…..

Orang tua kita mengandung kita, melahirkan kita, menyusui kita, membersihkan kotoran ketika kita buang air, membesarkan kita, memberikan pendidikan, memberikan tauladan yang baik kepada kita. Ingatlah kita dapat seperti saat ini karena kedua orang tua kita.

Renungkanlah…

Saat ini kita telah bekerja dan mempunyai penghasilan tetap, setiap kita menerima gaji/penghasilan hampir 100% langsung kita berikan atau transfer ke rekening istri kita. Berapa persenkah dari penghasilan kita yang ditransfer untuk Ibu atau Ayah? 30%? atau 20%? atau 10%? atau 5% ? atau 1%? ataukah tidak ada sama sekali.

Tapi coba kita renungkan bersama, walaupun kita tidak dapat memberikan rutin penghasilan kita kepada mereka, apakah Ibu/Bapak kita pernah protes dan meminta apa yang menjadi haknya tersebut ?

Walaupun ada sebagian berpendapat bahwa wajar saja mereka (orang tua kita) merawat dan membesarkan kita karena itu telah menjadi tanggung jawab mereka. Tapi ingatlah kita pun mempunyai kewajiban yang sama untuk merawat mereka kembali, karena merawat dan berbuat baik kepada orang tua (Birru Walidain) merupakan kewajiban yang disyariatkan dalam agama.

Allah Berfirman :

(لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَخْذُولًا)
[Surat Al-Isra’ 22]

(وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا)
[Surat Al-Isra’ 23]

(وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا)
[Surat Al-Isra’ 24]

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu-Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

Dalam sebuah hadis yang sangat menakjubkan yang diriwayatkan beberapa riwayat :
“Doa Jibril dan barang siapa yang mendapatkan orang tuanya (ketika keduanya masih hidup) atau salah satu di antara kedua orang tuanya masih hidup, sementara (dia mampu berbuat baik untuk kedua atau salah satu di antara keduanya), kemudian dia tak mau berbuat baik kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya (yang masih hidup tadi), kemudian mati, maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka, dan Allah sangat jauh dari dirinya, maka aku (Nabi) katakan : Amin….” (H.R Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya 3:188).

Renungkanlah…..

Seandainya kita tidak menjadi seperti saat ini, Sarjana, Dokter, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Pengusaha, atau pekerjaan lain, belum tentu istri menerima kita sebagai suaminya, atau mertua menerima kita sebagai menantunya….
SUNGGUH TERLALU, ORANG YANG MENDAPATKAN ORANG TUANYA BERUSIA LANJUT, TAPI IA TIDAK MASUK SURGA, PADAHAL KESEMPATAN BEGITU MUDAH BAGINYA.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh celaka… sungguh celaka… sungguh celaka..”, lalu dikatakan, “Siapakah itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yakni orang yang mendapatkan salah satu orangtuanya, atau kedua orangtuanya berusia lanjut, namun ia tidak masuk surga.” (HR Muslim).

Jangan pikirkan apa yang bisa orang tua berikan kepada kita, tapi pikirkanlah apa yang bisa kita lakukan untuk orang tua kita…..

Dahulu mereka membersihkan kotoran kita, sekarang maukah kita membersihkan kotoran mereka?

Dahulu mereka menyuapi dan menyusui kita, sekarang maukah kita menyuapi dan membuat susu untuk mereka?

Dahulu mereka memandikan kita, kelak maukah kita memandikan mereka ketika mereka sudah tidak mampu untuk mandi sendiri? Atau bahkan sanggupkan kita memandikan jenazah mereka?

Dahulu mereka mengajari kita sholat, kelak dapatkah kita mensholatkan jenazah mereka?

Ketika lahir ke dunia kita digendong Ayah dan Ibu, saat ini sanggupkah kita menggendong mereka? Kelak maukah kita menggendong keranda jenazah mereka dan menyambut mereka di bawah liang lahat?

Dahulu mereka berdoa untuk kita, mengajari kita doa, saat ini sudahkah kita mendoakan mereka dengan sepenuh hati?

Dahulu mereka menyiapkan bekal ilmu dan amal kepada kita, sekarang dan akan datang apakah kita dapat memberi bekal untuk jariyah mereka…..?

Bagi saudara/i-ku yang masih memiliki orang tua, pulanglah dan kunjungilah orang tua kita selagi masih hidup. Bahagiakanlah orang tua kita, sebelum ada penyesalan dengan kabar duka wafatnya orang tua kita.

Ingatlah kisah Alqomah yang lebih mengutamakan isteri dari pada Ibunya, Ingatlah kisah Juraij Al-Abid yang dipanggil Ibunya ketika sholat.

Ingatlah wasiat Luqman Al Hakim kepada Anaknya, Ingatlah taatnya Nabi Ismail ketika diperintah Nabi Ibrahim mengganti “daun pintu rumahnya”.

Mulai saat ini, didiklah anak-anak kita menjadi anak yang sholih/hat. Perhatikan kata kunci, “Tidak ada yang lebih baik dalam mendidik anak dari pada seorang Ibu menceritakan kepada anaknya tentang jasa serta kebaikan sang Ayah dan seorang Ayah yang senantiasa menceritakan kepada anak tentang jasa serta kebaikan sang Ibu”

Dengan demikian kita telah ikhtiar (usaha) mendidik anak untuk berbakti kepada kita kelak.

Tulisan ini kupersembahkan untuk Ayahku (Alm) untukmu Ibu, dari anakmu yang berusaha berbakti kepadamu. M. Ari Sultoni

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram