KETIKA AMALAN MENJADI SIA-SIA DAN BERAKHIR PENYESALAN

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Hari ini adalah waktunya beramal tanpa perhitungan, sedangkan di akhirat nanti waktunya perhitungan tanpa ada lagi amal perbuatan. Inilah sebuah kalimat singkat yang menggambarkan perjalanan kehidupan kita saat ini.

Meraih surga  Allah subhanahu wa ta’ala merupakan dambaan setiap orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Yap, dengan beramal kebaikan dan beribadah kepada Allah yang semata-mata diniati karena Allah akan mendatangkan pahala sehingga kita bisa meraih surganya Allah.

Namun bagaimana jika tabungan pahala (amalan) yang telah kita lakukan selama didunia tidak dapat menolong kita dari siksa (neraka) Allah ? dan apa yang bisa kita perbuat ketika amalan menjadi sia-sia dan berakhir penyesalan ?

Sangat penting  untuk dipahami bahwa seseorang akan dimasukkan ke dalam surganya Allah, itu atas rahmat Allah SWT dan amalan yang telah dilakukan oleh hamba itu sendiri selama di dunia. Dengan kata lain yang bisa membuat seseorang masuk kedalam surga hanyalah Sang Pencipta dan diri sendiri. Sedangkan suatu amalan dapat berbuah pahala apabila amalan yang dilakukan berlandaskan kepada ilmu Al-Qur’an dan Al-hadist.

Akan tetapi melakukan amal kebaikan dengan ilmu yang mendasar juga tidak menjamin masuknya seseorang ke dalam surga. Apabila seseorang beramal kebaikan tetapi tidak diniati murni karena mencari wajahnya Allah, maka disinilah yang dikatakan “ketika amalan menjadi sia-sia dan berakhir penyesalan”.

Perhatikan firman Allah dibawah ini :

وَ لاَ تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا، تَتَّخِذُوْنَ اَيْمَانَكُمْ دَخَلاً بَيْنَكُمْ اَنْ تَكُوْنَ اُمَّةٌ هِيَ اَرْبى مِنْ اُمَّةٍ، اِنَّمَا يَبْلُوْكُمُ اللهُ بِه، وَ لَيُبَيّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ اْلقِيمَةِ مَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ. النحل:92

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu diantaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.” [QS. An-Nahl : 92]

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلّ سُنْبُلَةٍ مّائَةُ حَبَّةٍ، وَ اللهُ يُضعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ، وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ(261) الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ لاَ يُتْبِعُوْنَ مَا اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّ لآَ اَذًى لَّهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبّهِمْ، وَ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَ لاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ(262) قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّ مَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَآ اَذًى، وَ اللهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ(263) البقرة: 261-263

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafqahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Orang-orang yang menafqahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafqahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” [QS. Al-Baqarah : 261-263]

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تُبْطِلُوْا صَدَقتِكُمْ بِالْمَنّ وَ اْلاَذى كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَه رِئَآءَ النَّاسِ وَ لاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، فَمَثَلُه كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَه وَابِلٌ فَتَرَكَه صَلْدًا، لاَ يَقْدِرُوْنَ عَلى شَيْءٍ مّمَّا كَسَبُوْا، وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ اْلكفِرِيْنَ(264) وَ مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَ تَثْبِيْتًا مّنْ اَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ اَصَابَهَا وَابِلٌ فَاتَتْ اُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ، فَاِنْ لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ، وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ(265) البقرة: 264-265

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya (mengungkit-ungkit) dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafqahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhoan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” [QS. Al-Baqarah : 264-265]

Dan diriwayatkan di dalam sebuah hadist :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اُسْتُشْهِدَ فَاُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا. قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اُسْتُشْهِدْتُ. قَالَ: كَذَبْتَ. وَ لكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلاَنْ يُقَالَ جَرِئٌ، فَقَدْ قِيْلَ. ثُمَّ اُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فِى النَّارِ. وَ رَجُلٌ تَعَلَّمَ اْلعِلْمَ وَ عَلَّمَهُ وَ قَرَأَ اْلقُرْانَ، فَاُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا. قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ اْلعِلْمَ وَ عَلَّمْتُهُ وَ قَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْانَ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَ لكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ اْلعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَ قَرَأْتَ اْلقُرْانَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيْلَ. ثُمَّ اُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فِى النَّارِ. وَ رَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَ اَعْطَاهُ مِنْ اَصْنَافِ اْلمَالِ كُلّهِ فَاُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا. قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ اَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا اِلاَّ اَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ. قَالَ: كَذَبْتَ، وَ لكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيْلَ. ثُمَّ اُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ اُلْقِيَ فِى النَّارِ. مسلم 3: 1514

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang pertama akan diberi keputusan pada hari qiyamat ialah seorang yang mati syahid, lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. Ia menjawab, “Saya telah berjuang untuk-Mu hingga mati syahid”. Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu berjuang supaya disebut sebagai pahlawan dan orang pemberani. Dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. Kemudian diperintahkan (kepada malaikat), lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka. (Kedua) seorang yang belajar ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. Ia menjawab, “Saya mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an hanya untuk-Mu”. Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu mempelajari ilmu supaya disebut sebagai seorang yang alim, dan kamu membaca Al-Qur’an supaya disebut sebagai seorang yang pandai membaca Al-Qur’an, dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. Kemudian diperintahkan (kepada malaikat), lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka. (Ketiga) seorang hartawan yang diberi bermacam-macam kekayaan oleh Allah, lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. Ia menjawab, “Tidak satu jalanpun yang Engkau sukai agar jalan itu diberi harta, melainkan sudah saya beri dengan harta itu semata-mata untuk-Mu”. Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu berbuat yang demikian itu agar disebut sebagai orang yang dermawan, dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. Kemudian diperintahkan (kepada malaikat) lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1514]

Dilihat dari hadist di atas, nanti di hari kiamat akan ketahuan, mana amalan yang tidak dilandasi karena Allah. Akhirnya ketiga orang didalam hadit di atas diseret malaikat atas perintah Allah untuk dimasukkan neraka, dikarenakan ibadahnya riya’ annas (pamer kepada manusia) dan sum’ah (ingin didengar).

Nanti di hari kiamat, seseorang yang merasakan ketika amalan menjadi sia-sia dan berkahir penyesalan dikategorikan pada kumpulan orang yang bangkrut di akhirat, perhatikan hadist dibawah ini :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَتَدْرُوْنَ مَا اْلمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: اْلمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَ لاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: اِنَّ اْلمُفْلِسَ مِنْ اُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَ صِيَامٍ وَ زَكَاةٍ وَ يَأْتِى قَدْ شَتَمَ هذَا وَ قَذَفَ هذَا وَ اَكَلَ مَالَ هذَا وَ سَفَكَ دَمَ هذَا وَ ضَرَبَ هذَا. فَيُعْطَى هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَ هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَاِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ اَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ اُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ. مسلم 4: 1997

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu orang yang pailit (bangkrut) itu ?”. Para shahabat menjawab, “Orang yang bangkrut diantara kami ialah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya barang-barang”. Nabi SAW bersabda, “Orang yang bangkrut dari ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat lengkap dengan membawa (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, tetapi disamping itu ia telah mencaci ini, menuduh itu, memakan hartanya ini, menumpahkan darah itu dan memukul ini. Lalu diberikanlah kepada si ini dari (pahala) kebaikan amalnya dan diberikan kepada si itu dari (pahala) kebaikan amalnya. Dan apabila telah habis (pahala) kebaikannya, padahal belum terbayar semua tuntutan orang lain kepadanya, maka diambillah dari dosa-dosanya orang yang pernah dianiaya itu lalu ditanggungkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke neraka”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1997]

عَنِ الزُّبَيْرِ بن العوام رض قال: قال رَسُوْلُ اللهِ ص: دَبَّ اِلَيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَبْلَكُمْ. اْلحَسَدُ وَ اْلبَغْضَاءُ. وَ اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِقَةُ. حِالِقَةُ الدّيْنِ، لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَ الَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، اَفَلاَ اُنَبّئُكُمْ بِشَيْءٍ اِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ اَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. ااحمد 1: 348، رقم: 1412

“Dari Zubair bin ‘Awwaam RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Akan menjalar kepada kalian penyakit ummat-ummat sebelum kalian, yaitu dengki dan kebencian yang sangat dan kebencian yang sangat itu adalah pencukur. Pencukur agama, bukan pencukur rambut. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalian tidaklah beriman sehingga kalian berkasih sayang. Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang apabila kalian melakukannya niscaya kalian saling berkasih sayang ? Tebarkanlah salam di antara kalian”. [HR. Ahmad juz 1, hal. 346, no. 1412]

Jadi dengan beberapa pemaparan fiman allah dan hadist nabi diatas, dapat disimpulkan kita ibadah dan beramal kebaikan haruslah dan wajib memasang niat karena Alloh, benar-benar mengharap ridhonya Allah dan tentunya bercita-cita ingin dimasukkan ke dalam surga Allah, sesuai doa kita “Robbanaa aatina fiddunya hasanah, wafil aakhiroti hasanah, waqinaa adzaabannar”, “Allohumma inni as aluka ridhooka waljannah, wa a’uudzubika min sakhotika wannar”

Dan pada akhirnya, kita perlu banyak berdoa, Semoga Alloh senantiasa menjaga niat kita agar tetap lurus karena Allah semata, tidak niat riya, ingin didengar (sum’ah), dan ingin dipuji. aamiin. (int)

Penanggung Jawab Artikel :

Nama : Ust. H. Noer Hidayatulloh (H. Arofah  Almubarok) 

Email : h.noerhidayatulloh354@gmail.com

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram