LDII : Reformasi sedianya hasilkan pemimpin yang melayani

Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo didampingi pengurus DPP LDII dalam sebuah jumpa pers di Jakarta
Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo didampingi pengurus DPP LDII dalam sebuah jumpa pers di Jakarta

 

Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Prasetyo Sunaryo menyatakan reformasi sedianya menghasilkan pemimpin yang memiliki mental melayani serta inovatif.

Ia mengingatkan reformasi yang terjadi saat ini belum mampu menghasilkan demokrasi yang baik karena yang terjadi adalah keterpilihan bukan keterwakilan rakyat. 

Hal itu mengakibatkan wakil rakyat di legislatif tidak selalu memberikan contoh yang ideal bagi masyarakat.

Dirinya mencontohkan sebuah pesta demokrasi dalam skala mikro ternyata mampu menghasilkan pemimpin yang inovatif dan kreatif. Kepala Desa Besur, Kecamatan Sekaran Lamongan Haris Suhud yang berhasil membangun pariwisata berbasis agrobisnis.

 Di atas lahan bengkok – lahan yang menjadi gaji kepala desa — seluas 4 hektare, Haris menanami lahan tersebut dengan sembilan jenis varietas padi. Ia ingin melihat kelebihan masing-masing padi, misalnya yang hasil panennya terbanyak, minim penggunaan air, rasa, hingga mana varietas yang tahan hama.

“Dua di antara varietas tersebut berasal dari Jepang. Pak Haris ingin meneliti apakah beras Jepang tersebut cocok ditanam di Indonesia,” pungkas Prasetyo. Haris juga menanam bunga di sekitar areal persawahan. Fungsinya, untuk mengundang predator hama padi ke areal persawahan.

Selain itu, Haris juga membuat sarang-sarang burung yang diperuntukkan bagi burung hantu. Burung-burung itulah yang mengendalikan hama tikus.

Dengan adanya pemimpin yang inovatif dan melayani rakyatnya, dana desa seharusnya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama petani. Namun, triliunan rupiah tak bisa dimanfaatkan dengan baik oleh kepala desa dan warga.

Menurut Prasetyo, inovasi Haris itu menumbuhkan bisnis pariwisata berbasis agrobisnis. Masyarakat ia dorong untuk menjual kuliner hingga souvenir, dari kunjungan masyarakat yang ingin menikmati keindahan taman bunga dan persawahan. Hal ini memberi nilai lebih kepada sawah dan petani, dan kesejahteraan masyarakat bisa meningkat.

Penduduk sekitar lahan dapat menjual makanan bagi wisatawan, hingga menyediakan berbagai kebutuhan wisata, 

“Jika 72.000 desa se-Indonesia memiliki 20 persen kepala desa yang inovatif, bisa meningkatkan kemakmuran desa,” ujar Prasetyo.(red)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram