Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, Siapa Takut?

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Ketua DPD LDII Kota Padang Ir.H.Gustav bersama sang istri

Padang- Beberapa waktu lagi Indonesia akan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tentu ada kekhawatiran yang dirasakan oleh generasi muda untuk mendapatkan pekerjaan. Dimana persaingan untuk mendapatkan pekerjaan tentunya semakin sulit persaingannya.

MEA sendiri merupakan kesepakatan dimana terjalinnya kontrak antar sesama anggota ASEAN. Untuk saling berinteraksi dan berkontribusi untuk meningkatkan kemampuan ekonomi. Sehingga tidak ada lagi sekat antara masing-masing negara tersebut.

Tentunya ini menimbulkan kegamangan tersendiri, namun sebelum menyosongsong hal teraebut ada beberapa persiapan yang harus dilakukan.

Seperti yang diungkapkan Ketua DPD LDII Kota Padang, Ir. H.Gustav. Mantan Kepala Dinas Koperasi,Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi periode 2005-2014, tentu sudah mengenal seluk-beluk terkait masalah perekonomian bangsa ini. Apalagi kecintaannya kepada Usaha Kecil Menengah yang merupakan sebuah terobosan menuju kekuatan perekonomian yang madiri.

Ia mengatakan bahwa MEA merupakan kegiatan bersama berupa kesepakatan antar negara-negara ASEAN untuk bisa saling berkontribusi terutama dalam masalah perekonomian. Dimana masing-masing negara tentunya memiliki banyak keunggulan maupun kelemahan-kelemahan.

” Oleh karena itu, kita sebagai salah satu dari anggota ASEAN yang ikut terlibat dalam kesepakatan ini diharuskan untuk bisa bersinergi dengan baik,”katanya kepada Tim ICT, Senin (26/10).

Dikatakannya bahwa MEA yang akan terjadi pada Desember 2015 mendatang. Memiliki gambaran bahwa satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Sehingga kompetisi akan semakin ketat.

“Persaingan tenaga kerja antar sesama negara ASEAN pun akan semakin meningkat tajam menjelang pemberlakuan MEA pada akhir 2015 mendatang. Tentunya ada persiapan yang bisa kita lakukan untuk menghadapi MEA yaitu salah satunya dengan melihat kekurangan kita sendiri seperti kemampuan dalam berbahasa asing,”tuturnya.

Mungkin untuk negara Malaysia dan Singapura mereka masih bisa mengerti bahasa melayu yang notabenenya hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Namun kalau dengan orang dari negara Thailand , Kamboja, Filiphina serta negara-negara ASEAN lainnya akan menjadi sangat sulit untuk berkomunikasi apabila tidak menggunakan bahasa Internasional (Bahasa Inggris).

Oleh karena itu, sangat dituntut sekali meningkatkan kapasitas yang dimiliki. Seperti untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa internasional (Bahasa Inggris) agar tidak kalah saing dengan SDM dari negara-negara ASEAN lainnya.

“Namun, tidak hanya itu yang harus dibenahi
Pengetahuan masyarakat tentang pasar modal pun juga harus ditingkatkan mulai dari sosialisasi apa itu saham, bagaimana cara berinvestasi , apa-apa saja langkah dan teknik yang tepat dalam menanamkan modal mereka,”terangnya.

Untuk itu, masyarakat perlu dukungan dari pemerintah berupa sosialisasi untuk bisa bekerja sama dengan lembaga penanaman modal lainnya.
Saat ini pemerintah sedang mencanangkan program-program pengembangan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang mana terdapat beberapa program strategis yang sudah diluncurkan.

Yaitu, mempermudah izin usaha mikro dan kecil (IUMK) hanya sampai tingkat kecamatan saja, pengurusan hak cipta produk UMKM yang tidak berbelit-belit dan mahal serta pengurusan izin koperasi dipermudah melalui akte notaris secara gratis.

“Nah, program pemerintah diatas keberhasilannya sangat relatif menurut saya. Hal tersebut dikatakan relatif karena tergantung dari koperasi dan UMKM itu sendiri, apakah mereka bisa memanfaatkan peluang ini dengan sebaik-baiknya ataukah hanya pasrah saja?”,tanya Ir.H. Gustav.

Untuk itu bagi masyarakat sendiri, sebaiknya mampu manfaatkan kesempatan tersebut, terutama dalam memanfaatkan program-program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia tentang Koperasi dan UMKM .

Salah satunya adalah memperkuat produk unggulan dengan membina melalui kemasan , sertifikasi halal, pendaftaran merek , serta meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan luar negeri.

Kemudian, melakukan partnership (kerjasama) dengan negara-negara ASEAN lainnya, yang mana masyarakat bisa menjual produk jadi mereka ke pebisnis lain di negara Singapura atau Thailand, dengan bertujuan untuk meningkatkan marketshare (pangsa pasar) di negara – negara tersebut dan sebaliknya.(mra)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram