Jakarta (24/8). Ancaman terhadap kedaulatan bangsa disorot oleh Pemerhati Politik Pertahanan sekaligus Juru Bicara Presiden Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, dalam Sekolah Virtual Kebangsaan (SVK) yang diselenggarakan oleh DPP LDII di Grand Ballroom Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (23/8/2025).
Dalam paparannya, Dahnil menyampaikan bahwa Indonesia kini dihadapkan pada dua titik ekstrem dalam menjaga kedaulatan. Pertama, adanya paham agnostik negara yang menolak pentingnya keberadaan negara. Kedua, ancaman radikalisasi agama yang menganggap segala hal terkait negara sebagai berhala.
Ditekankan oleh Dahnil bahwa ancaman kedaulatan bangsa tidak hanya berasal dari sisi ideologi, tetapi juga mencakup persoalan pangan, energi, dan air bersih.
“Pertahanan bukan cuma soal tank dan senjata. Kalau kita kalah di pangan, energi, dan teknologi, kita bisa kalah tanpa perang,” ujarnya.
Dahnil mengingatkan bahwa tantangan bangsa saat ini semakin kompleks karena ancaman datang bukan hanya dari aspek militer, tetapi juga dari aspek non-militer. Menurutnya, munculnya paham agnostik negara di kalangan generasi muda serta potensi krisis pangan, energi, dan air bersih, dapat melemahkan fondasi kedaulatan Indonesia jika tidak segera diantisipasi.
Dalam forum tersebut, Dahnil juga menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada 2014 yang telah mengingatkan adanya ancaman non-militer di masa depan. Ia mengutip survei internasional The Economist tahun 2018 yang memprediksi Amerika Serikat dan Eropa sebagai kawasan paling siap menghadapi krisis pangan pada 2035.
“AS belum menguras energi domestiknya, tapi sudah mengamankan cadangan lewat kendali di Timur Tengah. Sementara Eropa merevitalisasi pertaniannya. Mereka jauh lebih siap. Kalau kita tidak serius mengurus pangan dan air, kedaulatan kita akan goyah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dahnil berharap pondok pesantren LDII dapat menjadi pionir dalam menjawab tantangan kedaulatan pangan dan energi. Menurutnya, pesantren tidak boleh hanya berhenti pada pengajaran agama, tetapi juga diarahkan menjadi pusat riset inovasi teknologi.
“Beasiswa ke luar negeri jangan hanya dipakai untuk studi fiqih. Anak-anak muda LDII juga harus belajar teknologi pangan, energi, dan sains. Arab Saudi saja sudah maju dalam teknologi pangan, mengapa kita tidak meniru?” ujarnya.
Dahnil menilai LDII memiliki posisi unik di antara ormas Islam di Indonesia. Jika Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama berperan meramu nilai keislaman ke dalam kebangsaan sejak pra-kemerdekaan, maka LDII disebutnya sebagai organisasi yang mengoperasionalkan nilai-nilai tersebut dalam praktik keseharian.
“LDII ini sudah produk jadi. Tinggal bagaimana generasi mudanya mampu mengimplementasikan warisan itu dalam konteks tantangan kontemporer,” kata Dahnil.
Ia menambahkan bahwa LDII berhasil memadukan nilai Islam dengan Pancasila serta menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa.
“Kalau ada ormas Islam yang otentik Indonesia, itu LDII. Ia lahir dari proses politik Indonesia,” tegasnya.
Dahnil juga mengakui bahwa perjalanan LDII tidak selalu mulus. Organisasi ini pernah menghadapi stigma dan tuduhan sesat. Namun, menurutnya, generasi muda LDII kini memiliki peluang besar untuk membalik sejarah.
“Kekuatan sejati LDII ada pada kemampuannya memadukan Islam dengan semangat kebangsaan secara konsisten. Ini warisan yang harus dihidupkan kembali,” ujarnya.
Lebih jauh, Dahnil menekankan bahwa Islam paling ideal justru berkembang di Indonesia, termasuk dalam tubuh LDII. Menurutnya, Islam di Indonesia mampu bersenyawa dengan Pancasila tanpa menegasikan keberagaman.
“Kunci Pancasila adalah dialog dan penghormatan. Itu modal pertahanan bangsa kita,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Dahnil memberikan apresiasi kepada LDII karena memberikan ruang luas bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri, terutama di media sosial. Baginya, langkah ini merupakan strategi adaptif dalam menghadapi era digital sekaligus sarana untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang ramah dan nasionalis.
“Saya senang LDII agresif memberi anak muda ruang berekspresi di sosmed. Ini cara cerdas agar dakwah Islam tetap relevan dengan zaman,” pungkasnya.