ASRAMA SYARAH ASMAUL HUSNA: TINGKATKAN KEIMANAN, GENJOT PEREKONOMIAN

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Kediri (7-10/3). Lembaga Dakwah Islam Indonesia menggelar asrama Syarah Asmaul Husna di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri. Asrama akbar ini diikuti oleh sekitar 20 ribu warga LDII dari seluruh Indonesia serta alumni pondok pesantren Wali Barokah dari Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Jepang, Suriname, dan berbagai negara lainnya.

“Asrama ini merupakan upaya LDII untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap nama-nama Allah SWT, sehingga warga LDII dapat mengambil hikmah untuk melakukan hal-hal yang disenangi oleh Allah. Misalnya sifat Allah yang Arrohman, mengingatkan agar umat Islam juga memiliki sifat pengasih,” Ujar Chriswanto Santoso selaku ketua DPP LDII.

Dalam setahun terakhir para ulama LDII yang tergabung dalam Majelis Attaujih wa Alirsyad melakukan kajian mendalam, melalui Alquran dan Alhadist serta kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama, mengenai 99 nama Allah SWT. Setelah setiap ulama mengajukan referensi, lalu dilakukan kajian dan diskusi panjang. Hasilnya dijadikan sebuah kitab Syarah Asmaul Husna, yang kemudian dikoreksi lagi.

“Setelah siap, Majelis Attaujih wa Alirsyad (Taujih wal Irsyad) memutuskan menggelar asrama Syarah Asmaul Husna yang berarti penjelasan mengenai keutamaan nama-nama Allah, di Pesantren Wali Barokah mulai 7 hingga 10 Maret. Kajian disampaikan oleh tiga ulama LDII yaitu KH Kholil Ashari, KH Aziz Ridwan, dan KH Abdullah Mas’ud ” ujar Chriswanto.

Asrama Syarah Asmaul Husna tidak hanya meningkatkan keimanan dan kefahaman agama, namun juga berimbas positif terhadap perekonomian Kediri, khususnya warga disekitar pondok Pesantren Wali Barokah. Peserta yang mendaftar secara khusus mencapai 7 ribu orang, mereka adalah utusan DPD Kabupaten/Kota dari seluruh Indonesia dan alumni Pondok Pesantren Wali Barokah dari berbagai penjuru negara. Sementara warga LDII yang spontan hadir mencapai 12 ribu orang lebih.

“Pengeluaran rata-rata mereka untuk konsumsi mencapai rata-rata Rp 100 ribu per hari. Bila dikalikan 20 ribu, artinya perputaran uang dalam asrama ini mencapai Rp 2 miliar per hari,” ujar Chriswanto. Selain konsumsi, uang juga berputar di sektor penginapan. Warga LDII ada yang menginap di hotel dan rumah-rumah warga, yang dipatok rata-rata Rp 2 juta per rumah selama empat hari asrama. Sewa kamar atau kos meningkat mencapai 100-200 persen.

Dari pemantauan wartawan LDII News Network (LINES), selama acara asrama berlangsung, dampaknya dalam sektor ekonomi sangat terasa bagi pengusaha di bidang transportasi, kuliner, penginapan, hingga warga sekitar yang rumahnya disewa peserta. Omzet pedagang baik pedagang es, makanan, dan pakaian di sekitar Pesantren Wali Barokah mengalami peningkatan hingga 200 persen. Hal itu dialami pula oleh supir angkutan umum, ojek dan becak yang beroperasi di sekitar pondok Pesantren Wali Barokah. Para pemilik kos dan pemilik rumah yang disewakan selama asrama juga merasakan keuntungan eknomi yang serupa.

            Tak berlebihan bila Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyambut gembira perhelatan asrama Syarah Asmaul Husna. Menurut Abdullah, perhelatan asrama seperti yang dilakukan LDII mengakibatkan multiplier effect yang langsung dirasakan masyarakat. Secara tidak langsung LDII turut membangun ekonomi di wilayah sekitar pesantren, selain itu juga memiliki banyak dampak positif lainnya. Dengan keberadaan berbagai pondok pesantren, Kediri berpotensi menjadi pusat wisata religi. Dengan demikian, mengalirnya wisatawan atau santri dari berbagai kota mendorong perputaran ekonomi di Kediri.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram