Bolehkan Berdoa Dengan Cara Berteriak?

Bolehkan Berdoa Dengan Cara Berteriak?
Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Masih ingatkah tentang kejadian gempa bumi di kota Padang beberapa tahun silam? Atau apa yang biasa orang-orang lakukan ketika mendadak pesawat mengalami goncangan hebat? Semua orang yang beragama islam berteriak panik menyebut nama Allah. Hati penuh khawatir dan bertakbir keras meminta permohonan Allah. Namun, apakah diperbolehkan berdoa dengan berteriak seperti itu? Marilah kita simak hadist berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yusuf. Telah bercerita kepada kami Sufyan dari ‘Ashim dari Abu ‘Utsman dari Abu Musa Al Asy’ariy radliallahu ‘anhu berkata: Kami pernah bepergian bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan apabila menaiki bukit kami bertalbiyah dan bertakbir dengan suara yang keras.

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, rendahkanlah diri kalian karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya”. (HR. Bukhari 2770)

Berdasarkan hadist di atas, dijelaskan bahwa Nabi melarang untuk berdoa dan bertakbir dengan suara keras. Karena Allah bukan Dzat yang tuli dan tidak jauh. Keberadaan Allah sangat dekat dengan umatnya. Berikut sumber dari hadist lainnya:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيدِ الثَّقَفِيُّ أَبُو مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَن أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَجَعَلْنَا لَا نَصْعَدُ شَرَفًا وَلَا نَعْلُو شَرَفًا وَلَا نَهْبِطُ فِي وَادٍ إِلَّا رَفَعْنَا أَصْوَاتَنَا بِالتَّكْبِيرِ قَالَ فَدَنَا مِنَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ مَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا بَصِيرًا إِنَّ الَّذِي تَدْعُونَ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَةً مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab bin Abdul Majid Ats Tsaqafi Abu Muhammad. Telah menceritakan kepada kami Khalid Al Hadzdza’ dari Abu Utsman An Nahd dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam suatu peperangan.

Tidaklah kami mendaki dan menaiki tempat yang tinggi dan tidak pula saat menuruni suatu lembah, kecuali kami mengangkat suara dengan takbir. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pun mendekat ke arah kami dan bersabda: “Wahai sekalian manusia, pelankanlah suara kalian saat berdoa dan bertakbir, karena kalian tidaklah menyeru yang buta dan tidak pula ghaib.

Sesungguhnya kalian hanya berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Sesungguhnya Dzat yang kalian berdo’a kepada-Nya adalah lebih dekat dari pada dekatnya seorang dari kalian terhadap leher hewan tunggangannya. Wahai Abdullah bin Qais, maukah aku ajarkan padamu satu simpanan dari simpanan-simpanan surga? (yaitu), LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAH (Tidak ada daya dan upada kecuali dari Allah).”(HR. Ahmad 18774)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَجْهَرُونَ بِالتَّكْبِيرِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ قَالَ وَأَنَا خَلْفَهُ وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ فَقُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُلْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ جَمِيعًا عَنْ حَفْصِ بْنِ غِيَاثٍ عَنْ عَاصِمٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dan Abu Mu’awiyah dari ‘Ashim dari Abu ‘Utsman dari Abu Musa dia berkata: Kami pernah menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba, ada beberapa orang sahabat bertakbir dengan suara keras. Mendengar suara takbir yang keras itu, Rasulullah pun berkata: “Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian !

Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat, Dia selalu beserta kalian.  Abu Musa berkata: Pada saat itu saya sedang berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sambil membaca:

Laa haula wa laa quwwata illa billaah (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan AlIah).

Kemudian Rasulullah hallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Hai Abdullah bin Qais, inginkah aku tunjukkan kepadamu salah satu perbendaharaan surga?” Saya menjawab: Tentu ya Rasulullah.

Kemudian Rasulullah bersabda: “Ucapkanlah, Laa haula wala quwwata illaa billaah. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dan Ishaq bin Ibrahim dan Abu Sa’id Al Asyaj semuanya dari Hafsh bin Ghiyats dari ‘Ashim melalui sanad ini dengan Hadits yang serupa. (HR.Muslim 4873)

Jadi bolehkah berdoa dengan suara keras?

Jawabannya Tidak. Kita meminta bukan kepada Dzat yang tuli dan jauh. Meminta lah dengan penuh kerendahan hati. Bahkan ketika suasana hiruk pikuk bencana gempa, atau ketika pesawat mengalami goncangan keras, berdolah penuh kerendahan dengan suara yang tak berlebihan kerasnya. Kendalikan emosi, ingatlah Allah adalah Dzat yang Mendengar lagi Maha dekat. (ash)

Penanggung Jawab Artikel :

Ust. H. Noer Hidayatulloh (H. Arofah Almubarok)Nama : Ust. H. Noer Hidayatulloh (H. Arofah Almubarok) 

Email : h.noerhidayatulloh354@gmail.com

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram