Dampak Game Terhadap Psikologis Anak

Father dragging son from the computer. Parent pulling child from laptop. Computer Addiction
Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Dahulu permainan tradisional seperti petak umpet dan layang-layang sangat digemari oleh anak-anak. Permainan tradisional ini secara tidak langsung membentuk interaksi sosial dikalangan anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka melakukan permainan tersebut secara bersama-sama, saling bercanda, jujur, sportif dan membentuk mentalitas. Seiring perkembangan zaman, permainan modern pun banyak tercipta antara lain playstation, game online dan game yang berbasis mobile seperti Pokemon Go dan Clash of Clans.

Akibat adanya perkembangan teknologi pada dunia game, kini anak- anak lebih sering bermain di dalam rumah. Mereka bermain PS (playstation) maupun berbagai jenis games yang ada di gadget orangtuanya bahkan gadget pribadinya. Sehingga mereka menjadi kurang gerak dan kurang sosialisasi.

Sebuah perusahaan game asal San Francisco, California, Amerika Serikat yaitu Niantic, Inc . melalui salah satu produknya yaitu Pokemon Go memberikan suatu solusi agar anak-anak tidak menghabiskan waktu bermain mereka di dalam rumah. Dengan memanfaatkan teknologi augmented reality (realitas tertambah) ini dapat melacak dan menemukan pokemon virtual di sekitar kita melalui GPS pada ponsel.

Sebuah game yang membuat para pemainnya berjalan keluar rumah menemukan pokemonnya kemudian bergabung dengan grup yang di inginkannya. Meskipun fokus mereka tetap pada benda di genggamannya, namun Pokemon Go membuat pemainnya bergerak aktif dan memungkinkan untuk bersosialisasi dengan sesama pemain Pokemon Go. Permainan ini diminati oleh berbagai usia di banyak negara.

Resma Safitri, M.Psi

Namun bagaimana jika Pokemon Go ini dimainkan oleh anak usia sekolah? Alih-alih sebagai pelepasan penat sejenak dari rutinitas belajar, mereka mungkin saja bermain di jam pelajaran sekolah demi mengumpulkan koleksi pokemonnya. Berikut  Resma Safitri M.Psi, psikolog lulusan program magister profesi UII Yogyakarta, akan membahas mengenai dampak game terhadap psikologis anak-anak.

Anak-anak tentu butuh refreshing untuk menyegarkan otaknya kembali. Salah satunya dengan games. Namun, anak-anak dengan kontrol dirinya yang belum maksimal maka dibutuhkan pengawasan orangtua. Berikut adalah dampak positif game terhadap anak-anak:

  1. Mengembangkan kemampuan dalam membaca dan matematika. Game membuat mereka fokus untuk menyelesaikan permasalahan. Tingkat permasalahan akan disesuaikan dengan level game.
  2. Melalui game anak-anak dapat belajar untuk berkonsentrasi dalam menjawab tantangan dan beradaptasi terhadap lingkungan.
  3. Meringankan dan mengalihkan perhatian dari rasa sakit apabila mereka dalam masa perawatan seperti kemoterapi.
  4. Baik untuk fisioterapi bagi yang mengalami cidera tangan tertentu.

Namun disamping dampak positif tersebut, game juga bisa menimbulkan akibat negatif, yaitu:

  1. Jika terlalu lama bisa menimbulkan addict atau kecanduan. Apabila keinginannya untuk bermain tak terpenuhi, mereka menjadi tidak fokus dengan lingkungan sekitar sehingga berdampak pada prestasi sekolah dan menurunkan minat belajarnya.
  2. Durasi yang terlalu lama juga akan menimbulkan masalah konsentrasi. Konsentrasi mereka menjadi berubah. Ketika belajar akan teringat dengan game dan ingin segera pulang. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka bemain game ketika jam pelajaran.
  3. Jika orangtua terlalu sibuk, maka anak akan mencari pelepasan kesendiriannya salah satunya dengan game. Orangtua yang tidak peka dengan keadaan ini, akan membuat jarak orangtua dan anak semakin renggang.
  4. Sulit mengekspresikan diri ketika berada dalam kehidupan nyata karena interaki sosial berkurang.
  5. Rentan pornografi. Dibanyak game, setiap kenaikan levelnya menampilkan wanita dengan pakaian yang seksi.

Bahkan anak-anak sekarang sudah mempunyai gadget sendiri. Jika orangtua tidak memberikan pengawasan yang ekstra terhadap anaknya tentu sangat memungkinkan timbulnya permasalahan baru. Berikut, tips agar anak-anak tidak kecanduan game:

  1. Orangtua lebih interaktif dan komunikatif dengan anaknya. Tidak menggurui dan anggaplah anak sebagai teman sehingga anak lebih nyaman di rumah dan tidak perlu mencari pelepasan kesendiriannya karena ada orangtua yang selalu mendengar keluh kesahnya.
  2. Batasi penggunaan fasilitas di rumah. Seperti jam menonton televisi dan penggunaan PS maupun gadget.
  3. Batasi waktu bermain. Baik bermain diluar maupun di dalam rumah.
  4. Kerjasama dengan guru di sekolah tentang perkembangan dan pergaulan anak.
  5. Berikan anak kesempatan untuk mengembangkan hobinya.
  6. Yang terpenting adalah tanamkan nilai keagamaan dalam diri anak. Sehingga dia mempunyai benteng yang kokoh untuk menghadapi segala perubahan zaman kelak.

Baik buruknya sesuatu itu juga tergantung kepada seberapa banyak waktu yang kita habiskan untuk melakukannya. Tidak hanya game yang bisa sebagai pelepasan penat anak dari belajar. Berkumpul diruang keluarga kemudian orangtua menanyakan kegiatan anak seharian tadi maupun menonton televisi bersama keluarga mungkin bisa dicoba sebagai peralihan game. (ash)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram