FENOMENA VAKSIN PALSU

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Fenomena vaksin palsu baru terungkap setelah menyebar di penjuru Indonesia selama hampir 13 tahun. Peristiwa ini menjadi ancaman serius pasalnya vaksin palsu tersebut telah menyebar di 37 fasilitas kesehatan di sembilan propinsi besar di Indonesia. Kesehatan generasi Indonesia terancam akibat regulasi pengawasan yang lengah sehingga mudah kecolongan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai vaksin palsu, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu vaksinasi? Vaksinasi merupakan salah satu tindakan preventif (pencegahan) penyakit. Vaksinasi sangat membantu untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi menular yang disebabkan virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak Jerman), meningitis, tetanus, Haemophillus influenzae tipe B, dan hepatitis.

Cara kerja vaksin adalah dengan memicu sistem imun (kekebalan) tubuh untuk memproduksi “antibodi”, yaitu zat dalam tubuh yang berfungsi untuk melawan zat asing yang masuk seperti virus dan bakteri (antigen). Oleh karenanya, vaksin mengandung antigen, yang merupakan virus maupun bakteri yang sudah dilemahkan. Saat vaksin masuk ke dalam tubuh, antigennya tidak cukup kuat untuk menyebabkan gejala penyakit, namun sangat cukup untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen tersebut. Dengan demikian, vaksinasi akan mengembangkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tertentu. Karena pada dasarnya pemberian vaksin adalah memberikan antigen pada tubuh, maka kondisi anak sebaiknya dalam keadaan sehat saat vaksinasi sehingga daya tahan tubuhnya optimal.

Vaksinasi pada anak (Imunisasi Nasional) adalah suatu program pemerintah yang ditujukan untuk mencegah penyakit yang mematikan terutama pada bayi dan anak, serta mencegah terjadinya wabah penyakit. Vaksinasi /imunisasi penting dilakukan mengingat antibodi dari ibu yang didapat melalui ASI hanya berlangsung selama satu bulan sampai satu tahun, selanjutnya anak harus berjuang sendiri melawan beberapa penyakit yang semestinya dapat dicegah dengan vaksin. Jika seorang anak tidak divaksinasi dan terkena kuman penyakit, daya tahan tubuh anak mungkin tidak cukup kuat untuk melawat penyakit tersebut. Vaksinasi juga dapat membantu individu lainnya untuk melindungi kesehatan masyarakat sekitar dari penyakit infeksi menular, terutama bagi orang-orang yang tidak/belum diimunisasi.

Vaksin yang direkomendasikan untuk anak dan masuk dalam Lima Imunisasi Lengkap yang merupakan program dari Pemerintah, terdiri dari vaksin BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.

Lalu, Apa itu Vaksin palsu? Vaksin Palsu berarti bahan antigenik yang digunakan bukan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit, bahan Vaksin bukan berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau bukan berupa organisme mati atau bukan hasil pemurniannya. Vaksin Palsu bukan ditujukan untuk menstimulasi reaksi kekebalan bahkan bisa menimbulkan gejala, efek toksik (misalnya Vaksin tidak steril dan tidak bebas pirogen), sampai kematian karena bahan Vaksin diisi dengan bahan obat lain melebihi kadar toksik minimal. Vaksin palsu diproduksi tidak memenuhi standar dan syarat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), didistribusikan tidak memenuhi standar dan syarat CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), dan digunakan dalam pelayanan yang tidak memenuhi standar dan syarat CPKB (Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik).

Apa efek samping dari vaksin palsu? Pasien tidak mendapatkan kekebalan atau imunitas. Jadi pencegahan penyakit tidak terjadi sejak awal atau dini. Kalau produksi vaksin tidak steril dan tidak memenuhi standar dan syarat CPOB maka sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan demam, mudah terserang infeksi bakteri, virus, dan penyakit lainnya yang diakibatkan karena imunitas tergantung jenis vaksin, gangguan fungsi organ, cacat, bahkan kematian.

Kasus Vaksin Palsu menurut pengakuan pelaku, dibuat dan diisi dengan gentamisin, suatu antibiotik yang berfungsi untuk terapi membunuh bakteri. Efek samping gentamisin pada dosis pemakaian normal dapat menimbulkani mual, muntah, pusing, diare, gatal bahkan gangguan pernafasan. Jika digunakan sebagai vaksin, yang tentu dosisnya di dalam tubuh bayi atau anak melebihi batas normal maka dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

Bagaimana cara membedakan vaksin asli dan palsu? Cara paling mudah dengan melihat dan identifikasi penandaan dan kemasan vaksin/produk biologi. Siapa yang kompeten dan punya kewenangan? Apoteker, terutama di bagian pengadaan di apotek, klinik, RS, Puskesmas atau di sarana kesehatan resmi.

Caranya :

  1. Perlu diperhatikan korelasi tahun produksi pada nomer bets dengan tanggal kadaluwarsa produk. Dua digit terakhir pada nomor bets menunjukkan tahun produksi. Juga tutup vial berwarna abu-abu, contoh pada produksi vaksin Biofarma.
  2. Kualitas kemasan warna dan huruf produk asli terlihat sangat jelas, produk palsu berwarna pudar.
  3. Letak HET (Harga Eceran Tertinggi) tertempel pada vial dan khusus produk Vaksin Sanofi di atas tulisan Sanofi Pasteur, tidak ditemukan pada Vaksin palsu.
  4. Perbedaan penulisan koding Manuf.Date/tanggal produksi.
  5. Harga Vaksin palsu sangat murah dan obral diskon bisa lebih dari 10%.

Paling penting, produk Vaksin asli bisa ditelusur dan ditanyakan keberadaan faktur pembelian dari apotek, klinik, RS, Puskesmas atau sarana kesehatan berijin menggunakan surat pesanan asli ditujukan ke Pedagang Besar Farmasi yang resmi/legal yang akan mengeluarkan Faktur pengiriman bernomor PBF (Pedagang Besar Farmasi) kepada pemesan atau pembelian bisa melalui e-katalog.

Semoga dengan tulisan ini masyarakat  menjadi lebih paham tentang apa itu vaksinasi dan bisa lebih kritis saat membawa anak-anaknya untuk mendapatkan vaksinasi. Takut akan vaksin palsu, lantas tidak memberikan vaksinasi kepada anak-anak, tentu meningkatkan risiko akan terkena penyakit-penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan vaksinasi. Jadi, pilihan tergantung Anda.(fka)

Sumber : http://haloapoteker.id/vaksin-palsu-apa-kata-apoteker/

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram