Jember (6/6). Ketua DPD LDII Kabupaten Jember, Akhmad Malik Afandi menghadiri acara seminar nasional dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila. Acara yang dihelat di Aula Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) KH Ahmad Sidiq, Kamis (2/6), itu menghadirkan dua pembicara yaitu Wakil Rais Aam PBNU, KH Afifudin Muhajir dan Wakil Bupati Jember, KH Firjauan Barlaman.
Dalam pemaparannya, Kyai Afifudin Muhajir menuturkan, sejarah Pancasila ada tiga versi yaitu versi tanggal 2 Juni 1945 saat Bung Karno menyampaikan kata Pancasila, versi tangggal 22 Juni 1945 saat pembentukan panitia sembilan dan versi tanggal 18 Agustus 1945 saat sidang BPUPKI. Di awal penyusunan Pancasila ada dua kubu yaitu kubu nasional dan Islam.
“Mereka semua gagal dalam mewujudkan misinya, sehingga saat itu yang muncul adalah komunisme, maka Pancasila ini bukan agama tetapi dasar negara yang merupakan kesepakatan pendiri bangsa saat itu. Karena syarat sebuah negara itu berdiri harus ada wilayah, pemimpin, rakyat dan konstitusi,” ujar Kyai Afifudin yang juga sebagai pengajar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo.
Senada dengan Kyai Afif, Wakil Bupati Jember, Gus Firjaun membacakan catatan buku dari KH Ahmad Sidiq yang merupakan ayah beliau saat menghadiri Munas Alim Ulama ke-83 dan Muktamar NU ke-84, KH Achmad Shiddiq mampu menafsirkan sekaligus memberikan pencerahan posisi Pancasila secara komprehensif. “Kesimpulannya bahwa Pancasila bukan agama, melainan ideologi bangsa yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Masih dari catatan tulisan Kyai Ahmad Sidiq, Gus Firjaun menambahkan, bahwa sejak itu Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) melakukan pemberontakan dan gagal dalam konstatuante, maka akhirnya terjadi jurang antara Pancasila dan umat Islam. “Saat itu saling curiga dan kuatir satu sama lain betul-betul terjadi antar tokoh bangsa. Lalu munculah Pancasila yang orang lupa isinya dan ingat namanya. Nama itu seolah menggambarkan satu kubu (nasionalisme) padahal Pancasila adalah pertemuan semua kubu dan persatuan semua kubu,” tambahnya.
Dalam pandangan Kyai Ahmad Sidiq, Pancasila mempunyai ciri khas bersifat dan bersikap. Artinya di dalam Pancasila tidak ada golongan mayoritas dan minoritas. Tidak ada yang Menang menangan karena suara, kursi dan kekuasaan. Artinya semua warga diatur oleh lalu lintas yang namanya Pancasila. “Ibaratnya ini adalah jalan yang semua orang boleh melewati jalan itu baik sepeda, motor, becak, bis, dan lain lain. Asalkan jangan dimiliki sendiri dan mau mematuhi aturan lalu lintasnya yaitu Pancasila,” urainya.
Selian itu Pancasila adalah tatanan bertetangga dan bermasyarakat yang se-agama maupun antar umat beragama, maka muncul istilah ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah watoniyah dan ukhuwah basariyah. “Saatnya kita tidak terjebak pada label Pancasila tapi bisa mengamalkan isi dari Pancasila tersebut, karena Pancasila bukan akidah dan tidak bisa disejajarkan dengan agama. apalagi menggantikan agama,” ujarnya.
Para kiyai, tambahnya, menerima Pancasila sebagai landasan hidup bernegara karena sudah sesuai dengan nilai yang ada di Agama Islam. “Siapa yang mempertentangkan Pancasila dan Islam maka sama dengan merendahkan Islam itu sendiri. Maka dengan melaksanakan nilai Pancasila, maka kita bisa melaksanakan moderasi beragama yaitu bisa saling menghormati untuk mempertahankan tegaknya NKRI,” lanjutnya.
Sementara itu Ketua DPD LDII Jember, Akhmad Malik Afandi menegaskan, akan terus memperkuat pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai bagian menjadi warga negara yang baik. Malik menambahkan bahwa delapan kontribusi LDII untuk bangsa yang pertama adalah kebangsaan, “Artinya LDII mendorong kepada semua warganya untuk mencintai Indonesia mengalahkan cinta kepada suku dan golongan,” ujar Malik.
Untuk itu, peringatan Hari Lahir Pancasila dengan tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia”, juga harus dimaknai membangun akhlak bangsa, “Dahulu kala ada penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila atau P4, meskipun bagi anak-anak muda saat itu membuat jenuh, tapi mereka mengetahui nilai-nilai Pancasila,”ujarnya.
Nilai-nilai itu, menurutnya, harus kembali digalakkan di sekolah-sekolah bahkan untuk penerimaan mahasiswa baru, “Namun yang paling efektif harus disertai prilaku Pancasilais dari para penyelenggara pendidikan, mulai dari stakeholder pendidikan sampai penjaga gerbang sekolah sekalipun,” harap Malik.
Ia menambahkan, LDII pernah mengadakan Diklat Bela Negara untuk pemuda LDII yang bekerja sama dengan TNI, “Dengan harapan mereka pemuda memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan senantiasa meneguhkan nilai nilai yang ada di Pancasila sejak dini sehingga pada saatnya mereka menjadi pemimpin, akan semakin kuat dan kokoh rasa kebangsaannya,” lanjut Malik.
Oleh: Akhmad Malik Afandi (Jember) (contributor) / Faqihu Sholih (editor)