MERAIH PUNCAK KEMULIAAN DI 10 MALAM AKHIR RAMADHAN

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

Penulis: Ust. H. Yulianto Nugroho

Ramadhan sudah kita lalui lebih dari separuhnya, sekarang kita memasuki 10 hari akhir bulan penuh berkah ini. Kebanyakan orang  semangat beribadah di awal ramadhan, namun semakin bertambah hari semangat itu malah semakin meredup. Bahkan di penghujung ramadhan semangat beribadah umumnya berganti dengan semangat menyambut hari raya.

Tidak jarang sholat tarawih tertinggal karena membuat kue lebaran, waktu membaca Al-Qur’an tergantikan dengan membeli baju baru seharian. Sebagai orang iman, kita jangan terjebak dalam hiruk pikuk dan kesibukan persiapan menyambut hari raya yang berlebihan, karena puncak kemuliaan ramadhan justru ada dalam salah satu pada 10 malam akhir ramadhan. Kemuliaan itu hanya terjadi pada satu malam dalam setahun. Malam penuh kemuliaan ini termasuk salah satu keutamaan Allah yang dikhususkan untuk umat Rasulullah SAW sebagaimana diceritakan dalam hadits berikut ini:

ٍّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ عُرْوَةَ قَالَ: ذَكَرَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَرْبَعَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَبَدُوا اللَّهَ ثَمَانِينَ عَامًا، لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَذَكَرَ أَيُّوبَ وَزَكَرِيَّا وَحِزْقِيلَ بْنَ الْعَجُوزِ وَيُوشَعَ بْنَ نُونٍ قَالَ: فَعَجِبَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ ذَلِكَ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عَجِبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ هَؤُلاءِ النَّفَرِ ثَمَانِينَ سَنَةً لَمْ يَعْصَوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ، فَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ. فَقَرَأَ عَلَيْهِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجِبْتَ أَنْتَ وَأُمَّتُكَ: فَسُرَّ بِذَلِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنَّاسُ مَعَهُ

Dari Ali bin Urwah mengatakan: Rasulullah SAW bercerita suatu masa ada empat orang Bani Isroil beribadah kepada Allah delapan puluh tahun tidak pernah melanggar pada Allah sekejap matapun (Rasulullah SAW) menyebutkan mereka adalah Ayub, Zakaria, Hizkil bin A’juz dan Yusak bin Nun. Ali mengatakan maka para sahabat Rasululllah SAW takjub terhadap mereka.

Maka Jibril datang pada Nabi dan berkata,”Wahai Muhammad umatmu terheran-heran terhadap mereka, beribadah selama delapan puluh tahun tanpa berbuat dosa sekejap matapun. Maka sesungguhnya Allah menurunkan yang lebih baik dari pada demikian itu.

Maka Jibril membacakan pada Nabi;

” إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُالْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ”

“Sesungguhnya Aku (Allah) menurunkan berita ini dalam malam Lailatul Qodar. Apakah yang engkau ketahui tentang Malam Lailatul Qodar? Lailatul Qodar lebih baik dari seribu bulan”. Ini lebih utama dari pada apa-apa yang engkau dan umatmu herankan. Maka bergembiralah dengan kabar ini, Rasulullah dan para manusia besertanya. [Hadist Riwayat Abi Hatim No. 19426]

Praktek Rasulullah mencari lailatul qadar adalah dengan i’tikaf di Masjid

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: اعْتَكَفْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَشْرَ الْأَوْسَطَ مِنْ رَمَضَانَ، فَقَالَ: «إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَأُنْسِيتُهَا، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، فِي الْوَتْرِ»
[حكم الألباني] صحيح

Dari Abi Said Al-Hudri, berkata: Kami itikaf bersama Rasulullahi SAW di sepuluh hari yang tengah dari bulan Ramadan maka Nabi bersabda,”Sesungguhnya saya diperlihatkan pada malam Lailatul Qodar maka saya dilalaikan (oleh Allah) tentang Lailatul Qodar tersebut. Maka carilah Lailatul Qodr itu dalam sepuluh hari terakhir yang ganjil”. [Hadist Ibnu Majah no. 1766 Kitabushiam]

Ramadhan benar-benar bulan yang penuh rahmat dan barokah. Pada sepuluh hari terakhir Allah membuka lebar pintu pahala dan pengampunan. Selain turunnya Lailatul Qodar sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah waktu untuk Itikaf. Itikaf adalah berdiam diri di dalam Masjid, dengan merenung, ta’arub/taqarrub (mendekat), beribadah, berzikir dan mohon ampunan kepada Allah.

أَنَّ عَائِشَةَ، قَالَتْ: إِنْ كُنْتُ لَأَدْخُلُ الْبَيْتَ لِلْحَاجَةِ، وَالْمَرِيضُ فِيهِ، فَمَا أَسْأَلُ عَنْهُ إِلَّا وَأَنَا مَارَّةٌ، قَالَتْ: وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةٍ إِذَا كَانُوا مُعْتَكِفِينَ»
[حكم الألباني] صحيح

… sesungguhnya Aisah meriwayatkan: Bahwa  saya pernah masuk rumah untuk keperluan dan di dalam rumah ada orang sakit, maka saya tidak bertanya dari orang sakit kecuali saya hanya lewat dan Rasulillah SAW juga tidak masuk rumah (keluar dari masjid ) kecuali karena hajatnya ketika beliau itikaf. [Hadist Ibnu Majah no. 1776 Kitabushiam]

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ: «يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ، فَسَافَرَ عَامًا، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا» [حكم الألباني] صحيح

Dari Abiyin bin Ka’bin sesungguhnya Nabi SAW itikaf sepuluh hari akhir dari bulan Ramadhan. Maka pada tahun perjalanan (10 Hijriyah). Ketika pada tahun beliau (Nabi) diwafatkan, Nabi itikaf dua puluh hari [Hadist Ibnu Majah no. 1770 Kitabushiam]

Salah satu ketentuan ibadah iktikaf adalah tidak keluar dari masjid atau masuk rumah kecuali hanya untuk keperluan buang hajat. Juga tidak boleh masuk rumah menjimak istri selama melaksanakan itikaf.

… وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ …

“… Janganlah kamu pergauli istri-istrimu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya…. “[Surah Al-Baqarah ayat 187]
Doa ‘Itikaf

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: ” قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي “. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
[حكم الألباني] : صحيح

… dari ‘Aisah, bercerita, saya bertanya,”Wahai Rasulallah sudikah kiranya engkau mengajari saya bila saya menjumpai malam Lailatul Qodar doa apa yang saya ucapkan waktu itu?” Nabi menjawab, berdoalah:

“اَللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ”

(Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Mulya, Engkau senang terhadap orang yang minta pengampunan, maka ampunilah saya)
[Hadist Sunan Termizi No. 3513 Abwabul Da’awat]

الحمد لله جزاكم الله خيرا

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram