Milad 47 MDI, Lemhanas dan LDII Sepakat Lingkungan Merupakan Kunci Pembentukan karakter Generasi Muda

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Jakarta (3/6). Pendidikan tidak seharusnya hanya menitikberatkan pada aspek fisik dan kedisiplinan, melainkan juga perlu menyentuh secara seimbang dimensi intelektual, emosional, dan spiritual. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Lemhannas RI, TB Ace Hasan Syadzily, dalam acara peringatan Milad ke-47 Majelis Dakwah Islam (MDI) yang diselenggarakan di Padepokan Persinas ASAD, Kompleks Ponpes Minhaajurrosyidin, pada Selasa (27/5).

Disampaikan oleh TB Ace Hasan bahwa pembentukan karakter anak tidak dapat dilakukan secara instan, apalagi hanya melalui pendekatan keras atau militeristik. Menurutnya, lingkungan menjadi faktor utama yang menentukan perilaku serta karakter generasi muda.

“Kami meyakini, tidak ada anak yang nakal. Perilaku negatif anak biasanya lahir dari lingkungan, apakah itu keluarga, pendidikan, atau sosial. Maka, yang harus dibenahi adalah lingkungannya,” tegas Ace Hasan.

Menurutnya pendidikan harus diterapkan melalui pendekatan yang komprehensif, holistik, dan terintegrasi, guna melahirkan manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso. Ia menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren LDII tidak mengadopsi pendekatan militeristik. Sebaliknya, penanaman disiplin dilakukan melalui pembinaan karakter luhur dan penciptaan lingkungan pendidikan yang sehat.

“Kami khawatir pendidikan yang terlalu militeristik justru melahirkan kekerasan. Membangun disiplin bisa dilakukan tanpa kekerasan. Kami memiliki 29 karakter luhur yang menjadi target dalam mendidik santri,” jelas KH Chriswanto.

Berbagai upaya konkret dalam pengembangan pendidikan telah dilakukan oleh LDII, di antaranya melalui penyelenggaraan Sekolah Pamong, pelatihan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), serta pengembangan Sekolah Virtual Kebangsaan.

“Kami sudah empat kali menyelenggarakan Sekolah Pamong. Di sini, yang dididik bukan santrinya, tapi para pamong. Karena pamong yang baik akan menghasilkan anak didik yang baik,” tambahnya.

KH Chriswanto juga menegaskan kesiapan LDII untuk menjalin kerja sama lebih luas dengan Lemhannas dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan di lingkungan pesantren. Langkah ini dinilainya sejalan dengan program Lemhannas yang menekankan pentingnya pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan sejak dini.

Melalui pendekatan pendidikan yang menyeluruh, diharapkan oleh LDII dan Lemhannas bahwa generasi muda Indonesia dapat dibentuk menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan kuat secara spiritual, serta menjadi pemimpin masa depan yang berakhlak mulia dan mencintai tanah air.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram