Pantau Awal Ramadan dan Syawal 1446 H, LDII Kerahkan 450 Orang Personel Rukyat Hilal

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Jakarta (18/4). DPP LDII menunjukkan dukungan terhadap pemerintah dalam penetapan awal bulan Hijriah dengan menggelar kegiatan rukyatul hilal atau pengamatan hilal (bulan sabit pertama). Sejak pembentukan tim rukyatul hilal LDII pada 2014, sebanyak 101 tim telah aktif dalam kegiatan ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Ust. Wilnan Fatahilah, anggota Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) DPP LDII sekaligus anggota Tim Rukyat Hilal, pada Minggu (13/4/2025). Ia menjelaskan bahwa tim-tim pemantau hilal LDII tersebar di berbagai wilayah Indonesia, untuk mendukung penentuan awal bulan Ramadan dan 1 Syawal.

“Untuk rukyat 1 Ramadan 1446 H, kami menempatkan tim di 88 titik pengamatan. Sementara untuk 1 Syawal 1446 H, terdapat 91 titik pantauan di seluruh Indonesia,” jelas Ust. Wilnan.

Ia menambahkan bahwa titik-titik tersebut merupakan bagian dari lokasi resmi yang juga diakui oleh Kementerian Agama (Kemenag). Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam kegiatan rukyat adalah kondisi cuaca. “Secara astronomi, posisi hilal bisa memenuhi kriteria visibilitas, tetapi mendung, awan tebal, bahkan hujan, sering kali menjadi kendala dalam pengamatan,” ungkapnya.

Dalam menghadapi tantangan itu, LDII membentuk tim yang solid dan terlatih. Lebih dari 450 personel dari berbagai tingkatan kepengurusan LDII—baik DPP, DPW, maupun DPD—ikut serta dalam pelaksanaan rukyatul hilal tahun ini. Seluruh personel tersebut telah menjalani pelatihan khusus sebelumnya.

Pelatihan rukyatul hilal LDII sendiri telah dimulai sejak 2014. Awalnya, pelatihan diadakan di kantor DPP LDII, Jakarta, dengan menghadirkan Ahmad Izzuddin, yang kala itu menjabat Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kemenag RI, didampingi Ismail Fahmi yang kini menjabat Kepala Subdirektorat Hisab Rukyat dan Syariah.

Pelatihan semakin berkembang dengan menggandeng Planetarium serta Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU). Narasumber pelatihan antara lain Ust. Cecep Nurwendaya (pakar astronomi Kemenag) dan Ust. Hendro Setiyanto dari Imah Noong, Lembang. “Setelah pandemi, pelatihan dilanjutkan secara intensif. Dari 2023 hingga 2025, kami terus mengundang Ust. Hendro Setiyanto dari LFNU untuk memberikan pelatihan penggunaan teropong,” ujar Wilnan.

Pelatihan yang kini dipusatkan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin tersebut menekankan aspek praktis, khususnya penggunaan alat optik dalam pengamatan hilal.

Saat ini, seluruh DPW LDII telah memiliki tim rukyat yang andal. Beberapa wilayah, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara, bahkan telah menyelenggarakan pelatihan hisab secara mandiri. Materi yang diajarkan meliputi hisab-rukyat versi Mabims lama dan baru, pengukuran arah kiblat, penentuan waktu salat, hingga teknik identifikasi citra hilal menggunakan perangkat lunak komputer.

Dalam pelaksanaan rukyatul hilal, tim LDII juga menjalin kerja sama dan berdiskusi dengan berbagai pihak seperti BMKG, Kemenag, dan Lajnah Falakiyah NU. “Kolaborasi ini sangat penting untuk meningkatkan akurasi pengamatan serta memperkaya diskusi ilmiah di lapangan,” tambah Wilnan.

Lebih dari sekadar pengamatan menjelang Ramadan, Syawal, atau Dzulhijjah, tim rukyat LDII juga rutin melakukan pemantauan hilal di setiap awal bulan Hijriah. Hal ini dilakukan untuk mempertajam keterampilan dan membiasakan diri dengan berbagai kondisi lapangan. “Jadi tidak hanya saat Ramadan, Syawal, atau Idul Adha, tetapi setiap awal bulan Hijriah kami tetap melakukan pengamatan,” tutup Wilnan.

Di Padang, Ketua Biro TIAT LDII Sumatera Barat Rosyid Anwar, menjelaskan bahwa pada tahun 2025, sebanyak dua tim rukyat bertugas di dua titik pengamatan di Sumatera Barat. Menurutnya, wilayah Sumatera Barat merupakan daerah pengamatan yang potensial karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

“Titik pemantauan utama berada di Kota Padang, tepatnya di seputaran Puncak Gado-Gado, dan satu titik lainnya di pantai Tiram Kabupaten Padang Pariaman,” terangnya.

Menurut Rosyid, dengan adanya kegiatan pemantauan hilal yang dilakukan bersama BMKG dan Kemenag ini, LDII dapat turut berkontribusi dalam membantu pemerintah demi kepentingan umat Islam di Indonesia.

“Semenjak beberapa tahun terakhir, berdasarkan arahan DPP LDII, kami mulai aktif menjalin diskusi dan kerja sama dengan Kemenag, BMKG, dan akademisi dari Universitas Islam. Tujuannya adalah untuk semakin meningkatkan kemampuan pengamatan serta pengalaman tim rukyat LDII di Sumatera Barat,” tutupnya. (Niasa/Lines)

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram