Peneliti muda Indonesia raih penghargaan di ajang internasional. Pacifichem merupakan simposium terbesar bidang kimia dan ilmu spektroskopi khususnya di wilayah Asia Pasifik. Simposium yang berlangsung sejak 1984 ini berlangsung setiap lima tahun sekali. Pada Pacifichem 2015 yang dilaksanakan di Honolulu, Hawaii, AS, ada lebih dari 18.000 makalah dari 71 negara yang didaftarkan. Siapa sangka, enam peneliti muda Indonesia menerima penghargaan Early Chemist Award di ajang bergengsi ini.
Keenam peneliti dan dosen muda Indonesia itu adalah yaitu Ali Khumaeni (jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang), Sri Fatmawati (jurusan Kimia ITS Surabaya), Noviyan Darmawan (jurusan Kimia IPB), Lukman Hakim dan Aprilia Tasfiyati (Universitas Brawijaya), serta Dave Mangindaan (jurusan Teknik kimia Universitas Parahiayangan, Bandung).
Mereka pantas menerima penghargaan tersebut karena karya mereka dinilai merupakan karya paling inovatif dalam ajang ini.
“Penerima penghargaan ini dipilih berdasarkan novelti makalah, dan pengalaman penelitian serta hasil publikasi di bidangnya,” ujar Ali Khumaeni, dosen fisika Universitas Diponegoro, Semarang, Senin (21/12) seperti dilansir dari BBC Indonesia.
Apa saja penelitian mereka?
Ali Khumaeni (jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang) membahas metode baru spektroskopi plasma laser (laser-induced breakdown spectroscopy) untuk analisis pengotor logam berat pada tanah “secara cepat dan hasil sensitivitas tinggi”.
“Dengan metode baru ini, serbuk tanah tidak perlu dibuat pelet atau perlakuan sampel yang rumit,” ujar Khumaeni.
Noviyan Darmawan (jurusan Kimia IPB) membawakan topik pembangkitan emisi fosforesensi daerah dekat-ultraviolet dari Iridium (III) kompleks.
Sri Fatmawati (jurusan Kimia ITS Surabaya), menyajikan hasil penelitian tentang penggunaan ekstrak berbagai tanaman Indonesia (obat tradisional indonesia) untuk komplikasi anti-diabetik.
Dave Mangindaan (jurusan Teknik kimia Universitas Parahiayangan, Bandung) menguraikan makalahnya tentang penggunaan polyimide membranes dehidrasi pervaporasi acetone.
Wakil dari Universitas Brawijaya, Aprilia Tasfiyati mengemukakan topik monolith berbasis polimer organik untuk pemisahan sampel DNA secara cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Dan Lukman Hakim mempresentasikan penelitiannya tentang penyimpanan hidrogen molekular pada struktur es yang terisi.
Ternyata banyak potensi anak bangsa yang tak kalah dengan negara berkembang lainnya. Banggalah dengan negeri ini. Jika Kita saja tak bangga, lantas bagaimana yang lain. (ash)
sumber: http://www.linesindonesia.com