Padang (22/2). Dalam menyambut demografi Indonesia 2045, LDII mengambil strategi mengkader para pemuda untuk menjadi pemimpin masa depan. Hal ini ditegaskan oleh Ketua DPW LDII Jawa Timur, Amrodji Konawi, dan Ketua DPW LDII Sulsel, Asdar Mattiro.
Menurut Amrodji, LDII perlu menyiapkan pemuda untuk transisi ke depan. “Ada pembekalan bagi generasi muda sehingga saat prosesi berjalan semuanya akan siap,” ujarnya di Podcast Rakornas LDII.
Asdar Mattiro menambahkan bahwa pemuda adalah roda perubahan bangsa. “LDII telah menyiapkan roda perubahan tersebut lewat pendidikan. Kaderisasi akan menggantikan para orang tua atau pun ulama dan guru, tentunya perlu karakter yang baik, ilmu yang fakih, dan mandiri secepatnya,” katanya.
Dengan demikian, LDII siap menjadi wadah bagi pemuda untuk menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas.
Transisi kepengurusan yang baik juga menjadi tonggak suksesnya organisasi. Amrodji menyampaikan lebih lanjut, bahwa sebagai generasi unggul, ada semacam segitiga emas yang perlu disiapkan. “Antara lain, ilmu pengetahuan, skill, dan attitude. LDII sudah menyiapkan itu dengan Tri Sukses Generasi Penerus,” katanya lagi.
Dengan golden triangle itu tidak boleh lepas, Amrodji menambahkan. “Misal isu saat ini, banyak orang punya skill tapi attitude kurang. Contoh saja, koruptor. Karena itu persiapan (regenerasi) tidak boleh lengah, maksudnya mengenai (generasi) perilaku qur’ani,” kata dia.
Senada dengan Amrodji, Asdar setuju hal itu disiapkan sejak dini. LDII sudah memiliki semua itu dengan mengatur dan membina pendidikan sejak PAUD, caberawit atau anak-anak, praremaja, remaja, hingga dewasa. “Sehingga saat mencari pemimpin tidak bingung lagi, karena LDII mengarah kepada generasi yang unggul dari akhlakul karimah, bersikap baik pada orang tua salah satunya. Sehingga pendidikan yang terkoordinir itu sudah sangat baik,” ujar Asdar.
Tagar profesional religius itu sendiri menyasar para pemuda, meski belum ada organisasi kepemudaan dari LDII sendiri. Amrodji mencontohkan di Jawa Timur, ia berharap adanya keberlanjutan kaderisasi pemuda, sehingga LDII Jatim terus membimbing langsung dan menyediakan wadah para pemuda berorganisasi.
Di Sulawesi Selatan juga, Asdar mencontohkan bahwa pemuda telah memiliki forum dakwah dari gerakan mahasiswa. Isi kegiatannya diawali dengan menggelar pengajian di lingkungan kampus. “Awalnya forum pengajian mahasiswa LDII se-Sulsel, menjadi forum pengajian umum bersama mahasiswa,” ceritanya.
Amrodji menekankan, mengenai pemberdayaan pemuda, secara fungsional pemuda LDII sudah bergerak, namun secara struktur lembaga belum tersedia. “Ini ibaratnya secara keilmuan sudah memiliki dasar, tapi untuk sebuah lembaga, belum ada yang murni menaungi anak muda,” kata dia.
Karenanya Amrodji berharap, wadah pendidikan dan dakwah di lingkup DPD atau DPW LDII seperti PPG (Penggerak Pembina Generasi penerus) perlu digalakkan sebagai strategi menjaga generasi penerus meraih dunia dan juga mengutamakan ilmu akhirat.
Asdar juga menambahkan, festival generasi penerus misalnya, menjadi salah satu metode yang mewadahi kreativitas islami para generasi penerus di berbagai jenjang. Salah satunya juga untuk mengantisipasi kultur dan karakter berbeda generasi dulu dan sekarang. Asdar memandang, jika tidak menyiapkan karakter kuat untuk generasi muda, akan tergiring arus kehidupan media sosial saat ini.
LDII Jatim juga sudah menyiapkan kaderisasi berjenjang yang melibatkan DPD Kabupaten dan Kota. Kaderisasi itu meliputi pembelajaran karakter, wawasan kebangsaan, menguasai ilmu dunia, serta menguasai ilmu akhirat. Amrodji menuturkan, dari segi wawasan kebangsaan, pihaknya telah membuat buku yang diperuntukkan bagi para pemuda. Kemudian dari segi dakwah, menggelar bimbingan da’i untuk keterampilan dakwah, hingga bekerja sama dengan para pemangku institusi dan stakeholder pemerintah setempat.
Kontribusi lainnya, Asdar menambahkan, LDII telah menyediakan boarding school Islam, PPM (Pondok Pesantren Mahasiswa), dan ponpes-ponpes yang kesemuanya membantu pemuda menggapai ilmu dunia dan agama. “Sehingga tak ada waktu kosong mubazir. Dunia dan akhirat beriringan. Dari segi prestasi ilmu akademis atau olahraga, pemuda LDII bisa berkompetisi dengan sekolah umum,” katanya.
Demografi yang disiapkan dengan baik sejak dini, menurut Asdar, menjadi contoh pendidikan yang bisa dikembangkan untuk nasional bahkan global. Amrodji juga menambahkan, keseimbangan urusan dunia dan akhirat yang berhasil dijaga, menjadi pemenang kompetisi bonus demografi 2045 nanti.