Gunungkidul (10/10). “Sedekah Air Pakai Sampah” merupakan gerakan empati bersama berupa penyaluran sedekah hasil pemilahan sampah yang diwujudkan air bersih dan sarana prasarana pendukungnya. Ide cemerlang ini sebagai salah satu solusi saat Yogyakarta mengalami darurat sampah dan menderita kekeringan akibat El Nino. Program tersebut dilaksanakan di Padukuhan Plasan, Kalurahan Watugajah, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu (7/10/2023).
Sedekah air ini diawali dengan penyaluran tiga tangki air bersih. Pada tahap selanjutnya akan diikuti dengan bantuan penyambungan pipa-pipa air dari sumber mata air sepanjang 2 km dan pengadaan pompa air. Selain itu, pemasangan instalasi pemanen air hujan (IPAH) pada kompleks rumah-rumah warga beratap lebar yang menyatu juga akan diupayakan.
Keseluruhan bantuan ini masih menunggu pengumpulan Sedekah Sampah Akbar hingga akhir Bulan Oktober 2023. Bagi para dermawan yang ingin pula bersedekah air dapat menyalurkannya melalui rekening BSI Jogja Keren Barokah dengan Nomor 722-1833-818 dengan nominal akhir agar ditambahkan angka 50.
Sedekah Air Pakai Sampah pada awalnya diinisiasi oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) melalui gerakan “Dari Sampah Jadi Jariah” di Ponpes Nur Aisyah Pulokadang Bantul pada awal tahun 2022. Lalu berlanjut dengan peluncuran Kyai Peduli Sampah, Dai Program Kampung Iklim (Dai ProKlim), pembuatan Jugangan Ing Omah (Jugangin Om), dan Sedekah Sampah Akbar. Pengolahan sampah di Ponpes Nur Aisyah bahkan kini mampu untuk mencukupi kebutuhan makan para santri pondok pesantren.
“Pertama, sedekah air ini akan menjadi amal jariyah kita semua yang turut andil beramal saleh. Kedua, sedekah air ini sudah melalui proses panjang pemilahan sampah. Sampah pun akhirnya menjadi uang dan bisa untuk sedekah, bahkan alat bayar,” jelas ketua DPW LDII DIY Atus Syahbudin.
Nampak turut hadir membersamai sejumlah pengurus DPD LDII Gunungkidul yang dipimpin oleh H. Wahono Budi Rustanto dan Sekretaris H. Wasito. Dosen Fakultas Kehutanan UGM ini juga senantiasa berharap agar pemilahan dan pengolahan sampah bisa terus berjalan hingga di setiap rumah tangga. Lalu berdampak pula terhadap perubahan pola pikir, budaya dan kebermanfaatan.
“Berkat sampah yang terpilah, kita bisa memperoleh uang. Bulan lalu periksa kesehatan bisa bayar pakai sampah.Kini bantu air bisa pakai sampah. Ya minimal kita sudah tidak membayar uang bulanan sampah. Kita semakin bertanggung jawab dengan sampah kita masing-masing,” harap Atus.
Sementara itu, warga masyarakat Padukuhan Plasan, Kalurahan Watugajah merasa sangat terbantu dengan adanya sedekah air bersih dari LDII DIY. Menurut warga, musim kemarau tahun ini begitu kering dan terik, serta lebih lama dari biasanya, sehingga sumber air bersih yang tersediapun tidak mencukupi.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada LDII DIY yang telah memberikan bantuan air bersih kepada kami untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Sukimin, ketua Takmir Masjid Nur Huda, RT 05 RW 04 Padukuhan Plasan.
Sukimin juga menjelaskan bahwa kekeringan di kawasan Watugajah melanda setiap tahunnya setelah terjadinya gempa tahun 2006 silam. Sebelum terjadinya gempa, meskipun musim kemarau, ketersediaan air bersih di kawasan tersebut bisa tetap terjaga. Menjadi harapan bersama, melalui program Sedekah Air Pakai Sampah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Tak hanya itu, inovasi baru lainnya dalam memberikan solusi atas kesulitan air bersih di musim kemarau pun masih ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
Oleh: Masgino Masgin (contributor) / Faqihu Sholih (editor)