Luwu (16/5) – Memasuki era dominasi media digital, penting bagi generasi muda untuk dibekali kemampuan menangkal hoaks. Tanpa pembekalan ini, dampaknya bisa membahayakan. Perang di masa kini tidak lagi dilakukan secara terbuka, melainkan melalui informasi, sehingga diperlukan strategi khusus untuk menanggulangi penyebaran berita palsu.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Luwu, Ahyar Kasim, saat membuka sekaligus memberikan pengarahan dalam Pelatihan Jurnalistik LDII Sulawesi Selatan Zona Luwu Raya. Acara yang diikuti oleh 80 peserta ini digelar di Gedung Balai Rosdiana Center (BRC), pada Kamis (15/5).
Ahyar juga menekankan bahwa media sosial memiliki dampak ganda—positif sekaligus negatif. “Berdasarkan data tahun 2023, tercatat sebanyak 900 kasus perceraian di Luwu, yang sebagian besar dipicu oleh penyalahgunaan media sosial,” ujarnya.
Ia menilai kegiatan pelatihan jurnalistik ini sangat penting dalam menyongsong pembangunan daerah. “Bukan hanya sekadar cakap menulis atau membuat konten, tapi konten itu harus memiliki nilai manfaat. Hindari membuat konten yang bersifat mengancam atau menyesatkan. Penyebaran hoaks bisa merusak ketenteraman masyarakat Luwu,” tambah Ahyar.
Lebih jauh, ia mengapresiasi peran aktif LDII Kabupaten Luwu yang secara konsisten mendukung pemerintah dan masyarakat. Kepedulian LDII ditunjukkan melalui kegiatan seperti pengamanan, kerja bakti, hingga bantuan bagi korban banjir. “LDII layak diacungi jempol. Jika diibaratkan siswa, maka LDII Kabupaten Luwu saya beri nilai 9,” ungkap Ahyar Kasim.
Ketua DPP LDII, Rulli Kuswahyudi, menyampaikan hal senada. “Kita sedang memasuki era digital yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dahulu, informasi harus dicari lewat koran dan majalah, sekarang bisa diakses lewat ponsel tanpa harus membeli,” katanya.
Namun, menurut Rulli, gempuran konten negatif seperti berita bohong, pornografi, dan judi juga ikut hadir di gawai masyarakat. “Inilah alasan kami mengadakan pelatihan jurnalistik bagi generasi muda agar mereka memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam bermedia,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa sejak 2023, pelatihan serupa telah diselenggarakan di 10 provinsi. “Kami mempersiapkan generasi muda agar mampu memproduksi konten positif dan melawan hoaks,” tegas Rulli.
Ia juga menjelaskan bahwa kebebasan berbicara di media sosial perlu diimbangi dengan kualitas jurnalisme warga yang baik. “Kita ingin melahirkan jurnalis yang cerdas, bijak dalam bersosial media, dan tidak mudah terpancing provokasi,” ujarnya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari inisiatif LDII untuk membangun ekosistem informasi yang sehat sekaligus meningkatkan literasi media di masyarakat. Para jurnalis muda LDII diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang menyebarkan informasi konstruktif dan bermanfaat.
“Dalam pelatihan ini, kami menanamkan 29 karakter luhur dan prinsip tri sukses kepada generasi muda LDII, serta mengajarkan teknik jurnalistik, etika bermedia, hingga praktik lapangan,” ujar Rulli.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Sulawesi Selatan, Asdar Mattiro, menekankan bahwa peserta pelatihan harus menjadi teladan dalam menggunakan media sosial secara sehat, sopan, dan tidak merendahkan pihak lain.
“Zona Makassar Raya telah diikuti oleh 200 generasi muda LDII. Kini, pelatihan di Zona Luwu Raya diikuti oleh 80 peserta dari Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Palopo, Wajo, Soppeng, Sidrap, dan Toraja. LDII Sulsel terus berkomitmen memberikan kontribusi nyata bagi bangsa,” pungkasnya.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Luwu Kamal, Kabag Perencanaan Polres Luwu Kompol Andi Hasanuddin, Kajari Luwu Zulmar Adhi Surya, Kapolsek Belopa AKP Marino, Pimpinan Cabang BSI Belopa Juarti Janeja Impin, serta Penyuluh Agama Kemenag Luwu Irma Nurcahyani.