Bersyukur, kenapa tidak

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram
Bersyukur

Sudahkah anda bersyukur hari ini ? ya, bersyukur dalam hal apa saja tentunya. Bersyukur karena pagi ini masih dapat membuka mata dan melihat indahnya dunia. Kemudian bersyukur masih memiliki ayah, ibu, kakak, adik yang lengkap dan sehat serta selalu memberikan dukungan kepada kita.

Selanjutnya bersyukur karena dapat berkomunikasi dengan orang sekitar, terus bersyukur karena memiliki gigi dan mulut yang bersinergi untuk mengunyah makanan. Terus bersyukur karena masih diberikan tubuh yang sehat serta kaki yang kuat melangkah dalam kehidupan ini

Waahh…… kalau dirinci satu per satu sepertinya tak akan ada habis. Nah, dalam 1×24 jam ini dari kita membuka mata di pagi hari dan menutup mata di malam hari ternyata ada banyak sekali hal baik yang masih dapat dirasakan dan harus disyukuri sehingga keterlaluan rasanya bila terus berkeluh kesah  dalam menjalani kehidupan ini dan kurang bersyukur kepada sang pemberi kebaikan yaitu Allah SWT.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S : Ibrahim ayat 7)

Meskipun dalam menjalani hidup ini tak semua yang diharapkan berpihak kepada dan tidak semua keinginan dapat terwujud.

Bahkan tak peduli sekeras apapun berusaha dipasti akan ada saja hal-hal yang tidak bisa kita dapatkan.Tentunya kita semua tahu bahwa pemilik skenario kehidupan ini adalah Allah. Ibarat sebuah film, sang sutradara yang mengatur dan mengarahkan para aktornya menjalani cerita dalam film tersebut.

Begitu juga dengan kehidupan, Allah SWT yang mengatur jalan hidup masing-masing makhluk sesuai dengan ide ceritanya masing-masing. Sebenarnya tidak ada yang salah jika seorang manusia memiliki harapan setinggi apapun, namun yang bahaya adalah memaksakan harapan itu terwujud.

Perlu diketahui rasa sedih, kecewa, terpuruk tak perlu dirasakan berlarut-larut karena itu bukanlah keputusan yang tepat. Dalam menghadapinya tentu sebagai manusia biasa boleh saja menangis, mengaduh tapi cukup sebentar saja setelah itu pulihkan kembali hatimu yang telah hancur karna pengharapanmu.

Lalu  yakinkanlah hatimu bahwa segala hal apapun yang telah terjadi pada saat ini,itulah yang terbaik untuk diri ini.

Contohnya ketika rezeki kurang lancar, sebenarnya itu adalah yang terbaik untuk dia karena Allah SWT mengetahui jika hambanya diberi harta yang berlimpah, maka waktunya hanya akan disibukkan dengan urusan dunia saja.

Hal itu tentu berbeda ketika rezekinya kurang lancar, otomatis akan ada banyak waktu luang untuk mengingat Allah SWT.

Contoh lainnya adalah ketika nikmat sehat dicabut oleh Allah, sebagai manusia hanya terbaring lemah di tempat tidur terus mengingat Allah dengan berdzikir atau berdoa.

Dari dua contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Allah adalah dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, Allah menqodar seperti itu karna Allah menghendaki agar kita lebih dekat dengan-Nya dan juga Allah menghendaki untuk menghapus dosa-dosa.

Sebagai makhluk yang sempurna di muka bumi ini dalam menghadapi keadaan apapun berusahalah untuk mengkondisikan hati dan fikiran kita untuk selalu berprasangka yang baik kepada Allah (Husnudzonbillah).

Hingga pada akhirnya segala hal apapun yang saat ini terjadi pada diri ini sebagai seorang hamba tentu hanya perlu meresponnya dengan positif atau dengan cara bersyukur.

Lalu timbul pertanyaan, bagaimana sih cara nya bersyukur itu

Pertama, bersyukur dengan hati.

حديث أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda : Allah subhanahu wata’ala berfirman : “Aku (akan memperlakukan hamba-Ku) sesuai dengan persangkaannya kepada-Ku” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hati memiliki peranan yang sangat penting dalam menjalankan segala hal apapun yang akan dilakukan, tubuh dapat bergerak untuk melakukan kebaikan, bisa legowo, menerima apa adanya itu karna hati kita sudah lebih dulu merespon positif terhadap suatu kondisi.

Tapi, bila hati sudah lebih dulu menolak maka segala hal apapun akan terlihat buruk dan outputnya akan menjadi orang yang kurang bersyukur, kurang bisa menerima qodar dan hanya perbuatan jeleklah yang menemani hari-hari nya.

Bersyukur sendiri dimulai dari Hati, Hati kita bisa benar-benar mengakui bahwa semua jenis kebaikan apapun itu,semuanya merupakan pemberian Allah

Kedua, bersyukur dengan Lisan

Apakah kamu sudah menjalankan step pertama ? kalau sudah, sekarang dapat dilanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu, syukur dengan lisan. Ternyata tidak cukup hanya dengan meyakini melalui hati saja, lisan juga harus terus dilatih untuk selalu bersyukur.

Salah satu caranya ialah dengan mengucapkan kalimat tahmid : الحمد لله  yang artinya segala puji bagi allah, tuhan seluruh alam.

Salah satu cara bersyukur dengan lisan ialah gunakan lisan yakni dengan selalu berkata yang baik misalnya untuk berdzikir,  membaca Al Qur’an, nasehat menasehati dan sedapat mungkin hindari perkataan yang tidak berfaedah seperti Ghibah,fitnah,mencela,mencaci,berbohong,dsb.

3. Dengan Perbuatan / tingkah laku

Setelah bersyukur dengan hati dan lisan, selanjutnya diikuti dengan perbuatan dan tingkah laku yang mencerminkan sebagai orang yang selalu bersyukur.

Contohnya dengan meningkatkan kualitas ibadah, karena sejatinya yang memberikan kesehatan ini adalah Allah SWT dan sudah seharusnya sebagai seorang hamba memberi feedback dengan beribadah kepada Allah. Bukanlah suatu perkara yang sulit bukan ?

Mumpung kaki masih bisa berjalan untuk menuju masjid atau untuk mengerjakan hal baik lainnya, mumpung penglihatan kita masih jelas untuk membaca Al Qur’an dan lain sebagainya.semua bisa menjadi bahan intropeksi diri,Apakah kesehatan yang Allah berikan kepada kita ini sudah kita manfaatkan untuk memaksimalkan beribadah padanya ? ataukah kita masih saja melakukan kemaksiatan atau pelanggaran terhadap perintah dan larangannya ?

Apakah kesehatan yang Allah berikan ini sudah dimanfaatkan untuk memaksimalkan beribadah padanya ? ataukah masih saja melakukan kemaksiatan atau pelanggaran terhadap perintah dan larangannya ?

Penulis : Bunga Riska Amalia

Lines Sumbar

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram