Ketum DPP LDII: Pancasila Juga Membawa Pesan Islam yang Inklusif

Share to :
Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Jakarta (1/6). Berkat adanya Pancasila, keberagaman suku, ras, dan agama di Indonesia menjadi keelokan tersendiri. Agama-agama lain tetap dapat dijalankan dengan bebas di Indonesia, meskipun Islam menjadi agama mayoritas.

“Hari lahir Pancasila menjadi momen untuk mengenang jasa para pendiri bangsa. Atas jasa mereka, bangsa Indonesia bisa menjalankan hak asasi yang esensial yakni memeluk agama atau keyakinan dan menjalankan ibadah,” ujar KH Chriswanto Santoso.

Menurutnya, Pancasila yang inklusif sejalan dengan nilai-nilai Islam. Inklusivitas Pancasila itu, membuat semua agama di Indonesia nyaman dan tenteram beribadah, bahkan umat Islam yang mayoritas pun turut melindungi keberagaman agama di Indonesia.

“Pancasila dan Islam itu beriringan, bahkan nilai-nilai Islam terdapat dari sila pertama hingga kelima,” ujar KH Chriswanto Santoso. Ia mengatakan, meskipun terjadi perdebatan sengit mengenai Piagam Jakarta dan terjadi kompromi dengan mengubahnya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, hal tersebut justru membuka ruang Islam yang inklusif.

KH Chriswanto Santoso menyitir Bung Karno, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan wujud memeluk agama yang dilandasi gotong royong, “Di dalam gotong-royong terdapat sikap saling menghormati, menghargai, toleransi, semangat membantu, tanpa meninggalkan jati diri sebagai umat Islam atau pemeluk agama tertentu,” imbuhnya.

Ia mendorong umat Islam yang inklusif, “Atas dasar prinsip Pancasila yang menjadi asas organisasi kami, dan Islam yang rahmatal lil alamin, kami mendorong warga LDII dan umat Islam umumnya untuk toleran, terbuka, saling menghargai dan menghormati tanpa meninggalkan keyakinannya,” tuturnya.

Di mata KH Chriswanto, Pancasila sebagai ideologi yang inklusif, menekankan penghormatan terhadap keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, “Dalam kondisi bangsa yang hidup di negeri yang bukan negara berdasarkan agama ataupun sekuler, justru kehidupan beragama menjadi indah. Penuh toleransi, yang memungkinkan semua umat beragama berkontribusi dalam pembangunan,” imbuhnya.

Radikalisme, pada akhirnya tidak mendapat ruang di Indonesia, begitu pengingat dari KH Chriswanto Santoso, “Menganggap paling benar sendiri, hanya menciptakan golongan atau kelompok yang radikal. Hal ini tak sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila,” imbuhnya. Untuk itu, ia mengingatkan para tokoh agama atau sekelompok orang untuk tidak memaksakan agama atau keyakinan, karena bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Ia mengingatkan, sebagai negara demokrasi yang mayoritas penduduknya umat Islam, Indonesia menjadi teladan bagi negara-negara lain, “Di Indonesia, mayoritas melindungi minoritas. Pancasila yang menjadi dasar negara, memastikan agar tidak terjadi penindasan terhadap minoritas,” pungkasnya.

KH Chriswanto mengatakan, pesan-pesan Islam yang inklusif diwakili bahkan digemakan dengan kuat oleh Pancasila. Kelahiran Pancasila menurutnya, juga merupakan cermin kebesaran hati para tokoh-tokoh Islam saat itu, “Meskipun umat Islam berjuang memerdekakan Indonesia, tokoh-tokoh agama yang lain tak kalah besar jasanya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan Pancasila jadi cermin yang elok kebesaran jiwa para pendiri bangsa itu,” imbuhnya.

M. Ari Sultoni, Ketua DPW LDII Provinsi Sumatera Barat menambahkan, “Bagi LDII sendiri Pancasila merupakan konsensus berbangsa. NKRI yang berdasar Pancasila, pada dasarnya bukan negara agama, tetapi memposisikan agama sebagai rujukan tertinggi, sebagai sumber rujukan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu praktek kehidupan demokrasi yang berdasarkan nilai konsensus bangsa tersebut tidak ada pertentangan dengan nilai-nilai agama Islam.”

Nabi Muhammad SAW memberikan teladan kepemimpinan dalam Piagam Madinah yang isinya lebih mengedepankan keutuhan, daripada tegaknya syariat Islam saat itu. LDII sebagai ormas islam yang berdiri di Indonesia juga menggunakan falsafah Pancasila sebagai asas organisasi dan mencamtumkan Pancasila dalam AD/ART, bahkan sebelum UU Ormas dibuat dan disahkan. Karena, Menurutnya, Pancasila tidak bertentangan dengan Alquran dan Hadist.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram